Monday, September 7, 2015

Kemendag: "Indonesia National Day" digelar di World Expo Milano (WEM)

Kemendag: "Indonesia National Day" digelar di World Expo Milano (WEM)

WE Online, Milan - Sang Saka Merah Putih kembali berkibar di Kota Milan, Italia. Diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya, upacara peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-70 itu ditandai dengan pengibaran bendera Merah Putih. Kegiatan bertajuk "Indonesia National Day" ini dilaksanakan di tengah perhelatan World Expo Milano (WEM) 2015, pada 6 September 2015.

Acara ini mendapat perhatian pejabat Italia, para Direktur Paviliun seluruh negara peserta WEM 2015, dan pejabat sejumlah kementerian Indonesia.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Nus Nuzulia Ishak selaku Komisioner General Paviliun Indonesia di WEM 2015 menjelaskan bahwa peringatan National Day akan menjadi ajang mempromosikan seluruh potensi Indonesia, baik promosi perdagangan, investasi maupun destinasi pariwisata.

"Selama sehari pada National Day, Indonesia akan mendapatkan publikasi dan dukungan penuh dari panitia WEM. Ini kesempatan besar untuk tampil dan meraih perhatian pengunjung di ajang internasional tersebut," papar Nus. (Baca juga: Kursus Ahli Kepabeanan)

Italia juga termasuk dalam 45 negara yang visa kunjungan ke Indonesianya dibebaskan oleh Pemerintah Indonesia baru-baru ini dalam rangka memenuhi target 20 juta orang wisatawan dalam jangka waktu lima tahun.

Para pengunjung akan diajak untuk lebih mengenal Indonesia lewat arak-arakan kostum Banyuwangi Ethno Carnaval. Begitu tiba di Paviliun Indonesia, para pengunjung juga akan disambut tarian selamat datang “Gandrung” dari Banyuwangi. Pengunjung juga diajak berinteraksi untuk bermain angklung.

"Paviliun Indonesia akan bertambah meriah dan semarak dengan mengajak pengunjung bermain angklung secara interaktif, pertunjukan musik dan tarian daerah Indonesia, serta joget Poco-poco bersama-sama," lanjutnya.

National Day merupakan bagian dari rangkaian perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia di Paviliun Indonesia pada 15-17 Agustus 2015 lalu. Berbagai lomba tradisional digelar. Termasuk membuat tumpeng raksasa yang berhasil memecahkan rekor Tumpeng Tertinggi Dunia versi Museum Rekor Indonesia maupun Guinness World Record dengan tinggi mencapai 2,28 meter, diameter 1,2 meter, dan berat 1.400 kilogram. Tumpeng tersebut terdiri atas 17 jenis lauk pauk, 8 undakan tumpeng, 19 rempah-rempah yang disusun dalam mozaik burung Garuda, serta 45 tumpeng kecil yang mengelilingi tumpeng utama.

Rangkaian kegiatan National Day merupakan hajat bersama hasil kolaborasi antara unsur Pemerintah seperti Kementerian Perdagangan, Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya, Kementerian Perindustrian, Kementerian Pariwisata, Badan Koordinasi Penanaman Modal, Badan Pengawas Obat dan Makanan, dan Pemerintah Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat dan Persatuan Indonesia – Italia dengan pengelola paviliun Indonesia yaitu Koperasi Pelestari Budaya Nusantara (KPBN) dan Artha Graha Network (AGN).

Delegasi Indonesia dipimpin oleh Menteri Perindustrian Saleh Husin, didampingi oleh Duta Besar RI untuk Italia August Parengkuan, Perwakilan Kamar Dagang dan Industri Indonesia sekaligus mantan Menteri Perdagangan Rachmat Gobel, serta delegasi pengisi acara.

Paviliun Indonesia akan terus menampilkan rangkaian kegiatan guna makin memperkenalkan Indonesia kepada masyarakat internasional. Setelah National Day, Kementerian Perindustrian dan Kementerian Pariwisata akan menggelar rangkaian kegiatan business forum, demo kopi, fashion show, tari-tarian, dan photo booth.

"Kemendag juga memperkenalkan cita rasa khas kopi nusantara lewat Indonesia Coffee Week pada tanggal 28 September – 2 Oktober 2015 mendatang," ungkap Nus.

Paviliun Indonesia yang mengangkat tema "Stage of the World" dilengkapi dengan dome wall video kekayaan laut Indonesia, display rempah-rempah khas nusantara dalam peta Indonesia, serta Virtual Reality yang menampilkan keindahan bawah laut Indonesia sebagai salah satu atraksi utama yang paling diminati pengunjung WEM 2015. Paviliun Indonesia telah menerima kunjungan lebih dari satu juta orang pada minggu terakhir bulan Agustus 2015 lalu.

Pengunjung yang beruntung tersebut adalah Ivan Cignetti dari Livorno, Italia. Ia berhasil mendapatkan hadiah tiket menonton pertandingan Inter Milan VS AC Milan, goodie bag berisi berbagai kerajinan tangan khas Indonesia, voucher makan di Paviliun Indonesia, serta akses premium menikmati "Oculus" tanpa harus mengantri seperti pengunjung lainnya. Setiap harinya Paviliun Indonesia dikunjungi oleh lebih dari 20.000 orang.

Pertumbuhan Positif

Total perdagangan Indonesia-Italia selama lima tahun terakhir mengalami pertumbuhan positif sebesar 2,67% dengan nilai USD 4 miliar. Hingga Juni 2015, Indonesia mengalami surplus perdagangan sebesar USD 341,75 juta dengan nilai ekspor USD 1,038 miliar. Ekspor ke Italia didominasi minyak kelapa sawit mentah dan yang telah disuling, diikuti produk batu bara, kopi, serta tekstil dan produk tekstil.

Sementara, Uni Eropa merupakan tujuan ekspor yang sangat penting bagi Indonesia dengan pangsa sebesar 9,6% pada tahun 2014. Total Perdagangan Indonesia-Uni Eropa tumbuh sebesar 1,02% dengan nilai mencapai USD 26,62 miliar. Nilai ekspor Indonesia ke Uni Eropa pada tahun 2014 mencapai sebesar USD 16,83 miliar. Sampai dengan Juni 2015, Indonesia surplus senilai USD 1,98 miliar dengan nilai ekspor USD 7,7 miliar. Produk ekspor nonmigas Indonesia ke Uni Eropa masih didominasi oleh minyak kelapa sawit mentah dan yang telah disuling, diikuti produk batu bara, karet dan produk karet, sepatu olah raga, dan produk alas kaki.

Saturday, September 5, 2015

Pembayaran L/C memberatkan ekspor mebel

Pembayaran L/C memberatkan ekspor mebel


WE Online, Yogyakarta - Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta mengeluhkan sistem pembayaran "letter of credit (LC)" yang mulai banyak digunakan oleh buyer luar negeri karena memberatkan ekspor mebel.

"Penggunaan L/C memberatkan, karena seluruh biaya produksi hingga pengiriman harus ditanggung sepenuhnya oleh pengusaha atau eksportir," kata Wakil Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Endro Wardoyo di Yogyakarta, Sabtu (5/9/2015).

Ia mengatakan, sistem pembayaran L/C dinilai tidak menguntungkan para pengusaha yang baru merambah pasar ekspor, sebab dengan sistem pembayaran itu pengusaha akan menerima uang dari buyer luar negeri setelah mengirim barang. (Baca juga: Kursus Ekspor-Impor Terpadu)

"Tidak ada uang muka (DP) terlebih dahulu. Seluruh beban biaya produksi hingga pengiriman ditanggung oleh pengusaha lokal dulu," kata dia.

Penerapan L/C, ia mencontohkan, seperti yang dilakukan oleh kebanyakan buyer dari Rusia, meski Eropa serta Amerika Serikat (AS). Dengan adanya kebijakan itu, tidak sedikit pengusaha yang berhenti melakukan ekspor.

"Dulu Rusia merupakan salah satu pasar potensial mebel. Tapi setelah banyak buyer yang menggunakan L/C ekspor ke Rusia menurun," kata dia.

Dengan semakin banyak buyer yang berminat menerapkan L/C sebagai sistem pembayaran produk ekspor, maka ia mengkhawatirkan menjelang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) kegiatan ekspor hanya dikuasai oleh eksportir atau pengusaha besar saja.

"Karena pengusaha besarlah yang mampu membiayai dulu seluruh proses produksi barang ekspor," kata dia.

Sementara itu, ia mengatakan, berkurangnya kegiatan ekspor, juga terpengaruh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang memicu membengkaknya harga bahan baku.

Apalagai, menurut Endro, momentum penguatan dolar AS tidak lagi serta merta dapat dinikmati pengusaha kerajinan atau mebel. Sebab, kondisi pelemahan mata uang itu juga terjadi di negara-negara lain yang juga tujuan pasar ekspor seperti Rusia, Malaysia, Singapura, serta negara-negara Eropa.

"Kami tetap tidak bisa menikmatinya dengan meningkatkan ekspor, karena daya beli di negara-negara tujuan juga melemah terdampak penguatan dolar AS," kata dia.

Wednesday, September 2, 2015

Saran Kadin terkait ekspor-impor

Saran Kadin terkait ekspor-impor

Jakarta (ANTARA News) - Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto mengemukakan sejumlah saran untuk pemerintah terkait ekspor-impor.

Kadin menyarankan langkah mengurangi kandungan impor dan meningkatkan kandungan lokal (TKDN) dalam pengembangan industri yang mempunyai ketergantungan tinggi pada kandungan impor.

Selanjutnya, membangun dan memberdayakan industri yang memiliki kemampuan ekspor tetapi lemah dalam permodalan dengan memberikan dukungan pemerintah dan perbankan yang berupa subsidi bunga serta memberikan stimulus fiskal. (Baca juga: Kursus Ahli Kepabeanan)

Selain itu, mengurangi impor baik barang-barang konsumsi (terutama barang mewah) maupun bahan mentah dan bahan penolong untuk industri dan menggantikannya dengan meningkatkan bahan/produk dalam negeri dengan melalui pengembangan industri substitusi.

"Kondisi ekspor saat ini sangat memprihatinkan karena pada paruh pertama tahun 2015 ini kinerja ekspor jatuh sampai 11,8 persen," kata Suryo Bambang Sulisto dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.

Dia mengingatkan bahwa pada krisis finansial global tahun 2008-2009, nilai ekspor merosot sangat dalam karena kinerja industri lemah dan ekspor mayoritas berbasis bahan mentah yang mengalami penurunan harga di pasar dunia.

Ketua Kadin juga mengingatkan bahwa kegiatan ekspor adalah andalan perekonomian nasional karena dari kegiatan inilah cadangan devisa dikumpulkan karena semakin besar cadangan devisa yang dimiliki Indonesia maka dinilai semakin kuat pula posisi ekonomi RI.

"Tetapi di sisi lain kinerja impor juga menurun lebih drastis karena biaya impor meningkat yang disebabkan menurunnya nilai rupiah, sehingga memukul dunia industri. Banyak PHK karena perusahaan tidak dapat menyesuaikan biaya produksi yang maningkat pesat," katanya.

Ia menjelaskan, meskipun terjadi surplus pada neraca perdagangan di semester I 2015, hal itu bukan karena prestasi ekspor, melainkan lebih dikarenakan penurunan impor yang signifikan pada periode tersebut (15,1 persen).

Di sisi lain, ujar Suryo Bambang Sulisto, ekspor menurun 11,67 persen. Penurunan impor dan ekspor ini dinilai merupakan sinyal tanda bahaya bagi kinerja ekonomi eksternal Indonesia.
Indonesia incar peluang peningkatan ekspor berbasis kawasan

Indonesia incar peluang peningkatan ekspor berbasis kawasan

Jakarta (ANTARA News) - Indonesia sedang mengincar peluang untuk meningkatkan ekspor dengan membidik beberapa kawasan khususnya di negara-negara non radisional sebagai salah satu langkah untuk penganekaragaman tujuan ekspor ditengah melemahnya nilai tukar rupiah.

"Ada beberapa kawasan yang sudah kami lakukan penelitian, khususnya dengan adanya pelemahan nilai tukar rupiah ini. Diantaranya yaitu negara-negara nontradisional, ada beberapa kawasan yang nantinya akan disasar dalam rangka penetrasi produk Indonesia," kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Nus Nuzulia Ishak, di Jakarta, Rabu.

Nus mengatakan, beberapa kawasan yang sedang diincar tersebut antara lain adalah kawasan Asia Tengah, Asia Tenggara, Asia Selatan, Afrika, Timur Tengah dan Amerika Latin. Pihaknya akan memfokuskan penetrasi tersebut ke negara nontradisional, baik dengan membawa produk komoditas utama maupun yang prospektif. (Baca juga: Kursus Ekspor-Impor Terpadu)

Nus menjelaskan, untuk wilayah Asia Tengah, beberapa negara yang dipilih untuk penetrasi produk Indonesia seperti otomotif, elektronik dan produk karet adalah Kazakstan serta Uzbekistan, kendati untuk wilayah tersebut tidak semua negara memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup baik.

"Selain itu, untuk kawasan Asia Tenggara, saya kira merupakan pasar yang potensial. Beberapa negara diantaranya adalah Vietnam, Kamboja, Malaysia, Myanmar dan Filipina," ujar Nus.

India

Nus menambahkan, pada kawasan Asia Selatan, negara seperti India juga akan terus dipertahankan khususnya dalam upaya peningkatan ekspor, meskipun pada tahun 2014 lalu perdagangan antar kedua negara, Indonesia mengantongi surplus sebesar 8,66 miliar dolar AS untuk sektor nonmigas.

Total perdagangan antara India dengan Indonesia pada 2014 lalu tercatat sebesar 16,15 miliar dolar AS, dimana impor Indonesia hanya sebanyak 3,95 miliar dolar AS, sementara ekspor mencapai 12,2 miliar dolar AS untuk sektor nonmigas. Sementara pada Januari-Mei 2015, Indonesia telah mengantongi surplus kurang lebih sebesar empat miliar dolar AS. (Baca juga: Kursus Ahli Kepabeanan)

"Saya melihat pertumbuhan ekspor yang masih baik ini, seperti India yang harus dijaga karena surplus kita cukup besar. Selain itu juga Malaysia, Korea Selatan, Filipina, Swiss, Mesir dan Meksiko," kata Nus.

Selain itu, lanjut Nus, untuk kawasan Afrika juga masih belum dimaksimalkan karena ekspor ke wilayah tersebut baru sebesar tiga persen dari total keseluruhan Ekspor nonmigas Indonesia. Beberapa peluang ekspor kendaraan bermotor dan juga ban, masih cukup terbuka di beberapa negara Afrika seperti Afrika Selatan, Nigeria dan Algeria.

Sementara untuk wilayah yang memiliki potensi, menurut Nus adalah wilayah Amerika Latin khususnya untuk negara seperti Brazil, Meksiko, Argentina, Peru dan Chile adalah produk otomotif, alas kaki dan juga kertas.

Nus mengatakan, untuk kawasan Timur Tengah, beberapa negara yang menjadi fokus untuk meningkatkan ekspor nonmigas adalah Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Iran, Kuwait, dan Oman dengan produk yang akan didorong adalah perhiasan, elektronik, otomotif, peralatan cetak elektronik dan lainnya.

"Ada enam kawasan yang perlu ditindaklanjuti untuk beberapa tahun kedepan. Tahun depan kita akan memiliki dana, dimana tahun 2015 ini untuk promosi hanya Rp50 miliar, sementara tahun depan kurang lebih Rp840 miliar untuk promosi. Ini bisa kita genjot," kata Nus.

Kementerian Perdagangan pada saat kepemimpinan Rachmat Gobel menargetkan peningkatan ekspor mencapai 300 persen hingga 2019 mendatang. Namun, dengan digantikannya Rachmat oleh Thomas Lembong beberapa waktu lalu, masih belum ada pernyataan apakah rencana itu akan terus dilanjutkan atau akan direvisi.

Thomas yang kerap disapa Tom tersebut masih fokus untuk menyelesaikan permasalahan terkait harga daging sapi dan juga ayam, dimana beberapa waktu lalu harga kedua kebutuhan masyarakat tersebut mengalami lonjakan harga yang cukup tinggi.

Tuesday, September 1, 2015

Kerjasama Bushindo Training Center dengan Bhara Centre Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Kerjasama Bushindo Training Center dengan Bhara Centre Universitas Bhayangkara Jakarta Raya


Bushindo Training Center bekerja sama dengan Bhara Centre Universitas Bhayangkara Jakarta Raya untuk Pelatihan Ahli Kepabeanan, Ekspor-Impor, dan Pajak

Tempat Pelatihan :

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
Kampus I
Jl. Dharmawangsa I No. 1
Kebayoran Baru, Jakarta 12140

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
Kampus II
Jl. Raya Perjuangan
Marga Mulya, Bekasi Utara

Contact Person:
Drs. H. Syamsu Iskandar, MM.
HP : 0812-9871-215