Thursday, November 10, 2016

RI Kaya Aneka Buah Tapi Sulit untuk Diekspor, Ini Penyebabnya

RI Kaya Aneka Buah Tapi Sulit untuk Diekspor, Ini Penyebabnya

Jakarta - Meski memiliki keanekaragaman buah yang luar biasa banyaknya, tak lantas membuat Indonesia menjadi negara eksportir buah. Bahkan, volumenya jauh lebih besar impor ketimbang ekspornya.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, mengungkapkan masalah utama rendahnya daya saing buah lokal lantaran tak adanya standarisasi perbuahan.

"Coba pergi bulan Oktober-November ke Lenteng Agung, banyak arumanis, setiap 15 meter ada tumpukan (mangga). Tapi ya hanya ditumpuk saja, nggak ada standarisasinya," kata Darmin di kantornya, Jakarta, Rabu (9/11/2016).

"Kalau ditaruh di kotak kardus pasti harganya naik. Lebih bisa diperjualbelikan, bahkan ada yang lebih maju lagi, sudah ditulis tanggal matangnya kapan," tambahnnya.

Darmin kembali mencontohkan kondisi perbuahan seperti yang terjadi pada komoditas teh. Meski punya banyak kualitas teh berkualitas, namun justru standarisasinya dilakukan orang asing dan akhirnya jadi merek luar negeri.

"Kita malah kalau minum teh, ini teh apa, nggak ada rasanya. Kita nggak pernah kembangkan teh premium. Konon kabarnya orang Jepang punya merek teh premium, tapi tehnya dibeli dari Indonesia. Tapi kita sendiri nggak bisa jualnya. Kalau kopi sudah oke lah," ucap Darmin.

Sebagai langkah awal, pemerintah mengupayakan lebih banyak pameran buah sebagai infrastruktur pemasaran.

"Infrastruktur perdagangan adalah pasar, pameran adalah bagian dari pasar itu. Hal tersebut bisa berkembang kalau pasarnya berkembang," pungkas Darmin. (hns/hns)

Sumber: Detikfinance

Friday, November 4, 2016

Lowongan Kerja: Junior & Senior Customs Consultant SF Consulting

Lowongan Kerja: Junior & Senior Customs Consultant SF Consulting


SF Consulting Tax and Business Advisory is looking for dedicated young professionals to serve as a Junior Customs Consultant (JCC). At SF Consulting you will have the opportunity to grow as a professional by dealing with clients from medium-large sized companies, both national and multinational. We are a team of dynamic professionals that strive to continue developing ourselves professionally and personally. We will help you attain your full potential by providing work that pushes your limits while continually training and guiding you to improve.

Monday, September 5, 2016

Wawancara Khusus Dirut Pelindo II - Jurus Pangkas Dwell Time Tanjung Priok Agar Turun Jadi 2 Hari

Wawancara Khusus Dirut Pelindo II - Jurus Pangkas Dwell Time Tanjung Priok Agar Turun Jadi 2 Hari

Jakarta - Waktu bongkar barang hingga keluar pelabuhan (dwell time) yang memakan waktu berhari-hari, merupakan masalah klasik pelabuhan di Indonesia. Direktur Utama PT Pelindo II (Persero), Elvyn G Masassya, mengatakan ada banyak faktor yang menentukan dwell time bisa menjadi lebih efektif.

Selain itu, berkurangnya dwell time menjadi salah satu faktor turunnya biaya logistik yang akan berdampak pada harga barang. Dengan semakin bertambahnya kapasitas Tanjung Priok, bagaimana strategi Pelindo mengatasi masalah dwell time?

Berikut petikan wawancara detikFinance dengan Elvyn di kantornya, Jalan Pasoso nomor I, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (31/8/2016).

Dwell time di Priok saat ini berapa lama?
Total sekarang, rata-rata di Priok dwell time mencapai 3,1-3,2 hari.

Berapa angka dwell time yang wajar untuk pelabuhan besar seperti Tanjung Priok?
Saya kira yang wajar itu memang 2-2,5 hari. Dan seperti yang saya utarakan, dwell time hanya salah satu elemen dalam penurunan biaya logistik. Kalaupun dwell time sudah diperbaiki, maka aspek interland-nya juga harus diperbaiki. Transportasi harus diperbaiki. Dia terintegrasi. Karena bisnis di pelabuhan, karakteristiknya atau konsepnya adalah value chain atau supply chain. Ada rantai yang berisi titik-titik tertentu dalam proses distribusi barang tadi. Dan semua titik ini harus diperbaiki.

Apa strategi yang dilakukan Pelindo untuk memangkas dwell time?
Tentu kita berupaya agar dwell time ini bisa lebih cepat. Ada tanggung jawab masing-masing, baik dari pengelola arus barang dan arus dokumen. Pelabuhan bertanggung jawab dengan pengelolaan arus barang. Bagaimana pengelolaan arus barang bisa cepat, tentu kapal-kapal bisa cepat merapat, cepat bongkar muatnya, sehingga lebih cepat keluar. (Baca juga: Diklat Ekspor-Impor)

Dalam konteks itu kami sudah membangun yang namanya Inaportnet. Ini suatu sistem informasi, sehingga ketika kapal mau masuk, kita sudah tahu kapal itu kapan akan masuk, bawa barang apa saja, berapa jumlahnya, dan nanti akan merapat di terminal yang mana. Ini adalah salah satu pembenahan yang kita lakukan, membangun sistem informasi untuk keluar masuk kapal secara lebih mudah sehingga dia lebih cepat merapat.

Kemudian setelah kapal merapat, dia harus ada proses bongkar muat. Proses bongkar muat ini harus dilakukan dengan peralatan-peralatan yang sesuai. Kalau kapalnya besar, peralatannya harus besar. Sehingga kemudian dalam konsep kita, perhitungan kecepatan bongkar muat ini sudah kita buat standar. Misalnya satu jam bongkar muat, harus mampu menurunkan atau menaikkan 30 kontainer. Setelah itu kemudian dibawa ke penumpukan, lalu diperiksa. Pemeriksaan ini oleh instansi terkait. Setelah diperiksa dibawa keluar. (Baca juga: Diklat Ahli Kepabeanan)

Bagaimana proses percepatan ini, kami juga segera melakukan review untuk percepatannya. Kami mengusulkan untuk membuat satu tempat yang kita sebut dengan pelayanan terpadu. Jadi 18 kementerian terkait akan ada dalam satu tempat dan secara bersama-sama melakukan pemeriksaan, sehingga proses pemeriksaan lebih cepat. Tentu arus barangnya juga bisa lebih cepat.

Di luar pemeriksaan terpadu ini, kita juga sedang berencana dan sekarang sedang pada tahap koordinasi, percepatan dalam menyiapkan National Single Window (NSW). NSW ini artinya secara sistem. Sehingga dokumen-dokumen itu dari satu pelaku bisa langsung diterima oleh seluruh pihak terkait dan pemeriksaannya tidak lagi secara sequencial tetapi sekaligus. Dengan proses pelayanan satu atap dengan NSW, maka diharapkan nanti paling tidak semuanya selesai satu hari. Maka harapannya kemudian, proses dwell time bisa mencapai at least 2-2,5 hari.

Apakah bisa terjadi penghematan biaya logistik?
Saat ini berdasarkan studi, dari total biaya logistik, 45% nya ada di darat. Ketika barang itu masuk ke pelabuhan dan sampai kepada tujuan, 45%-nya didarat.

Nah bagaimana kita sama-sama menurunkan, tentu di area pelabuhan pun harus dilakukan upaya penurunan biaya logistik. Kemudian di darat pun harus dilakukan upaya penurunan biaya logistik. Langkah-langkah yang kita lakukan tentu tidak boleh sporadis, atau parsial. Dia harus komprehensif dan sistematis.

Dalam konteks pelabuhan sendiri, kami berencana untuk membangun Central Freight Station (CFS). Jadi barang-barang itu akan dikumpulkan dalam satu tempat, nanti kemudian diperiksa di situ. Kemudian proses zonasinya sendiri, sehingga kemudian tahu kapalnya merapat di mana, bawa barang apa. Kemudian peningkatan produktivitas bongkar muatnya sendiri. Yang tadi saya sebut satu jam bisa 30 kontainer.

Di luar itu juga bagaimana kapal itu supaya jangan merapat terlalu lama. Proses bongkar muatnya cepat, dia bawa barang lalu bisa keluar. Nah ini kan menurunkan biaya logistik juga, ongkosnya menjadi lebih murah. Tentu di luar itu ada proses yang harus kita perbaiki, yang selama ini mungkin masih menimbulkan high cost economy. Itu kita turunkan. Seperti berapa lama barang dibawa dari pelabuhan ke kawasannya, berapa biayanya. Jadi semua ini adalah suatu sistem yang saling terkait yang konsepnya adalah port integrated.

Kapan hasilnya bisa dirasakan?
Saya nggak bisa memberikan jaminan, tapi kita mengupayakan ini. Karena proses ini kan melibatkan banyak sekali pihak. Tetapi sekarang kita sedang berkoordinasi secara intensif, membuat action plan, menyiapkan langkah-langkah yang kita sepakati bersama. Saya pribadi tentu berharap, 2017 (dwell time) sudah lebih baik dari sekarang.

Sumber: Detikfinance

Sunday, May 22, 2016

RI Pernah Jadi Eksportir Gula Terbesar Kedua Dunia, Kini Malah Impor

RI Pernah Jadi Eksportir Gula Terbesar Kedua Dunia, Kini Malah Impor

Jakarta -Kebutuhan gula konsumsi sampai saat ini masih bergantung pada impor. Saat ini, dari kebutuhan gula konsumsi sebesar 3 juta per tahun, produksi gula dalam negeri baru 2,5 juta ton. Riciannya 1,5 juta ton diproduksi pabrik gula (PG) BUMN, dan sisanya oleh PG swasta.

Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), Sumitro Samadikun, menceritakan kondisi industri gula dalam negeri yang saat ini terus menurun. Pasalnya, saat zaman kolonial Hindia Belanda, Indonesia pernah menjadi negara eksportir kedua terbesar dunia setelah Kuba, tepatnya pada dekade 1930-an.

"Gara-gara tak pernah ada peremajaan pabrik yang kebanyakan peninggalan Belanda akhirnya kita sekarang impor. Padahal dulu kita eksportir kedua terbesar dunia, dengan produksi 3 juta ton setahun. Penduduk saat itu tak banyak, akhirnya diekspor kelebihannya," ujarnya kepada detikFinance, Senin (23/5/2016).

Menurut Sumitro, puncak produksi terjadi pada tahun 1929-1930 saat gula jadi komoditas andalah ekspor Hindia Belanda. Predikat eksportir gula terbesar tersebut tak lepas dari banyaknya pabrik gula (PG) yang dbangun di awal tahun 1920-an (Baca juga: Diklat Ekspor-Impor Terpadu dengan Uji Kompetensi Nasional)

"Itu bukan mimpi, Belanda sampai bangun 179 pabrik, terbanyak di Jawa. Kita juara dunia gula tahun 1929 sampai 1930. Setelah merdeka malah banyak pabrik gula dibiarkan," kata dia.

Menurut Sumitro, dengan produksi mencapai 3 juta ton, Indonesia mengalahkan negara-negara produsen utama gula dunia seperti Thailand, Brasil, dan India. Namun saat ini, negara-negara tersebut telah menyalip posisi Indonesia.

Brasil contohnya, produksi gula negara tersebut saat ini mencapai lebih dari 29 juta ton, disusul India dengan produksi 29 juta ton, China 11 juta ton, dan Thailand 5 juta ton. Sementara Indonesia, produksi gula malah menyusut dari 3 juta ton menjadi 2,5 juta ton sampai saat ini.

"Artinya ada kesalahan di manajemen pabrik gula dengan tidak adanya peremajaan pabrik-pabrik peninggalan Belanda. Kita itu berpikirnya lebih senang dagang ketimbang produksi, akhirnya kebijakan arahannya bagaimana bisa dicukup dengan impor saja," kata Sumitro.

Sumber: Detik Finance

Thursday, March 24, 2016

Lowongan Kerja Regulations Officer (Export-Import) Wilmar Group

Lowongan Kerja Regulations Officer (Export-Import) Wilmar Group


Wilmar Group is looking for position:

Regulations Officer (Export Import)

Requirements:
  • Minimum 3 years experience in import/export or related field
  • Strongly understand Laws of Customs, Trade, Industry and related governments
  • Strongly understand regulation related to Export Import
  • Strong customer service & problem-solving skills and also very good communication skill
  • Extensive negotiating skills
  • Bi-lingual or Multi-lingual speaking english and Mandarin
  • Having Kepabeanan Certificate is a MUST
Job Description:
  • Attending Tax Court
  • EXIM; Ensure proper classification of material, proper valuation, correct country of origin or accumulation, and that shipment are in accordance with global bilateral agreements
  • Internal data entry for inventory and financial tracking/accountability
  • Ability to negotiate terms and contracts with vendors and clients
  • Excellent customer service skills and knowledge of export & import laws and regulations
  • Communicates with Traffic/Shipping on all international shipments
  • Reports Potential Export/Import Violations
  • Developing and implementing an export/import compliance program
  • Coordinate with relevant institutions required for export such as customs clearance, insurance, freight and other services
If you meet the requirements, please send us your update resume and photograph through our mail at santi.cahyaningrum[at]wilmar.co,id or fitriani.juliastuti[at]wilmar.co.id